Tuesday, April 9, 2013

LEGENDA TELAGA WARNA DIENG-WONOSOBO

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.

Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.
 
sumber. alam-paradewa.blogspot.com

Friday, April 5, 2013

DIENG CULTURE FESTIVAL IV

Dieng Culture Festival 2013
diengSPECIAL TRIP DIENG 2013 Jika di Brazil terkenal dengan festival goyang samba di Rio De Janiero, maka di Dataran Tinggi Dieng juga memiliki Festival Budaya (Dieng Culture Festival) yang tak kalah menariknya.
Dieng tak hanya terkenal akan keindahan wisata alamnya saja, keunikan budaya menjadi daya tarik tersendiri. Selama 3 tahun terakhir (DCF) Dieng Culture Festival menjadi magnet baru wisata di Jawa Tengah. DCF atau Dieng Culture Festival adalah pesta rakyat terbesar di pegunungan Dieng, yang diselenggarakan setiap tahun hanya sekali. Menampilkan ruwatan cukur rambut gembel yang telah lama melegenda, atraksi seni budaya, wayang kulit dan pameran kerajinan khas pegunungan Dieng.
diengSemua akan kagum, dengan satu pertunjukan ini. Penari-penari rampak yakso bak prajurit perkasa di kahyangan Dieng, dengan baju merahnya yang menyala berani. Memberi ritme pada setiap gerakanya, alunan musik itu menyatu pada suasana alam. Inilah satu atraksi yang tak boleh dilewatkan begitu saja dalam pameran seni budaya (Dieng Culture Festival).
(DCF) Dieng Culture Festival adalah Satu moment yang paling ditunggu-tunggu di pegunungan Dieng. Satu event yang paling spektakuler, dan satu peristiwa yang paling langka. Perpaduan antara keindahan alam dan keunikan budaya menjadikan Dieng sebagai tujuan wisata paling bergengsi di tahun 2013.
Tahun 2013 membawa angin segar pada dunia pariwisata Dieng, Jawa Tengah selain menjadi daerah destinasi visit jateng 2013. Dieng Culture Festival yang akan diselenggarakan tahun ini akan lebih meriah dengan agenda dan acara-acara yang mengagumkan. Kunjungilah Dieng, temukan tiap jengkal kindahanya dan nikmati atraksi budayanya dalam Dieng Culture Festival IV tahun 2013.
Yang Paling dinanti-nanti
Salah satu ritual yang banyak dinantikan dalam Festival Budaya (Dieng Culture Festival) adalah ritual potong rambut gembel, pada puncak acara si anak rambut gembel dinaikan ke kereta dan diiringi oleh manggolo yudho dan diiringi oleh berbagai macam kesenian yang ada di dataran tinggi Dieng, kemudian anak-anak berambut gimbal ini dijamasi dan dipotong rambutnya. Setelah itu rambut akan dilarung ke sungai atau ke telaga yang airnya mengalir menuju ke selatan sebagai wujud pengembalian rambut.

sumber : diengculturefestival.com